Hmmm.. Hari ini adalah hari Kamis yang menggembirakan. Besok tanggal merah, otomatis besoknya lagi adalah hari libur nasional, harpitnas ato hari kecepet nasional. Anak-anak kelas 3D memutuskan untuk pergi berlibur, bukan untuk refreshing, tapi karena besok selama dua hari ada kerja bakti di asrama dan mereka emang paling malas buat beres-beres. Tujuan liburan kali ini ditentukan bersama-sama Kamis paginya. “Woi… mau kemana neh kita besok?” tanya Phoo sambil memakan tempuranya Akanishi dengan lahap. “Iya neh, bosen tau kalo kudu di asrama terus.” Nite yang juga dengan lahap menghabiskan tempura terakhir milik Akanishi. “Bosen di asrama terus ato nggak mau kerja bakti??” tanya Lilin sewot karena tempuranya Akanishi udah habis. “Ya dua-duanya.” Jawab Nite. “Terus, mau kemana dong?” tanya Kamenashi. Usulan-usulan tempat piknik bermunculan ke permukaan muka mereka. “Udah, daripada bingung-bingung, ke neraka ja!” jawab Aan yang bikin dia langsung dilempar kamus Kenji Matsura sama Oguri. Kamus Nelson di tangan Akanishi yang udah siap dilempar ke Aan jadi sia-sia. “Teh, yang bener sih kalo usul. Ke kutub selatan aja gimana? Biar ketemu ma pinguin.” Ucap Phoo dengan wajahnya yang sok imut. Kali ini kamus Nelson di tangan Akanishi nggak mubazir, setelah melayang dengan mulus ke muka Phoo. Perdebatan yang sengit dimulai kembali. Mereka berenam berbaris ke samping, dimulai dari Nite, Kamenashi, Phoo, Aan, Akanishi, dan terakhir Lilin. Oguri memasukkan satu peluru karet ke dalam pistol. Perlahan-lahan dia menembakkannya ke arah Nite, belum sampai Oguri menekan pelatuknya, Nite sudah duluan menjerit, aarrrrggghhhhhhh…….. Nyawa Nite selamat. Sekarang Kamenashi, tapi Oguri tidak mengarahkan pistolnya ke arah Kamenashi, hanya ke bayangannya yang ada di lantai. “Lho, kok nggak ke arah badan sih?” tanya Nite protes. “Badan ato bayangan khan sama-sama punya dia. Berarti sama aja donk.” Kata Oguri. “Tiiddddaaaakkkkk……..” teriak Phoo histeris. “Phoo, belom kali Phoo…” “O, belom ya? Hehehe… Oguri, pelan-pelan aja ya… jangan keras-keras!” pinta Phoo. “Kayaknya, yang namanya pistol itu nggak bisa di-stel keras pelannya deh.” Lilin menggrundel di pojokan. “Hiii, ada suara nggak ada orangnya.” Kata Phoo sebelum sepasang sepatu mendarat di mukanya. Bukan cuma Lilin yang sentimen sama Phoo kali ini, peluru di dalam pistol pun juga kayaknya ada dendam membara ama Phoo, belum lepas sepatu dari wajah Phoo, sebuah peluru melesat tepat di tengah-tengah jidatnya. Sekarang Phoo dinyatakan resmi menjadi orang Tujuan piknik kali ini telah ditetapkan. Tadi Phoo usul kemana ya… o, iya, kutub selatan. Jadi anak-anak kali ini akan pergi berlibur ke sebuah pulau yang nggak jauh-jauh amat dari kutub selatan, cuma 6,4 x 10 pangkat 8 kilo meter ke arah utara dari kutub selatan. Buat pergi kesana setelah naik bus selama 6 jam ke arah barat daya, mereka kudu jalan kaki dulu selama 1jam di tengah hutan belantara. “Aduh… Aku udah nggak kuat lagi…” keluh Phoo setelah berjalan selama 5 menit. “Tolong ya Phoo, baru 5 menit kaliiii…” jawab Akanishi yang berjalan lebih lambat dari dia. “Kenapa sih pelurunya kena Phoo?!” tanya Nite sambil memandang ke arah jidat Phoo yang masih biru gara-gara tembakan kemarin, walopun sebenernya nggak ngaruh juga sih siapa yang kena, tujuan mereka kali ini memang kesana, ke villa pribadinya Kamenashi. “Woi, ngaku aja deh! Kemaren kamu emang sengaja “Cuma yang di atas yang tahu.” Jawab Oguri sambil tersenyum puas. Sunset sore itu sangat cantik dilihat dari balkon villanya Kamenashi meskipun mataharinya tertutup gunung yang menjulang tinggi di samping villa. “Romantis ya……” kata Phoo. “Apanya yang romantis, pemandangan di samping, gunung yang nggak jelas bentuknya, liat ke depan cuma ada pulau Nusa Kambangan. Liat napi-napi? Yang kamu bilang romantis?” Nite keluar ke balkon membawa segelas coklat panas. Dengan sigap Phoo menyambar coklat di tangan Nite. Bak matrix Nite ngeles, tangannya di banting setir ke kanan, Phoo menjulurkan tangan kirinya ke arah coklat itu sekali lagi, dan sekali lagi tangan kanan Nite dibanting ke kiri, hari itu emang habis ujan, jadi tangannya Nite selip, dan menabrak tangan kanan Phoo yang sedang parkir di tembok. Duakkk… Keadaan sudah tak terkendali lagi, Phoo dan Nite sama-sama tidak dapat mempertahankan posisi mereka sehingga gelas berisi coklat panas itu lepas dari genggaman dan jatuh bebas ke bawah tepat di atas kepala Oguri yang sedang buang air kecil di belakang pu’un. “Oguri…!!!” teriak Phoo histeris dari atas balkon. Sementara Nite sudah lari menyelamatkan diri. “Phoo!!!!” teriak Oguri dari bawah balkon. Jadi inget film Kuch Kuch Hota Hai, eh nggak, maksudnya Romeo and Juliet. “Oguri…!!!” sekali lagi Phoo berteriak sambil turun menghampiri Oguri. “Phoo!!!” sekali lagi juga, Oguri berteriak, berlari ke arah Phoo sambil mengacungkan arit yang sudah disiapkan Akanishi. Melihat arit karatan yang mengkilap di tangan Oguri, Phoo langsung membelokkan arah larinya. Mereka berdua udah kayak Alex ma Martin di Madagaskar. “Oguri!!!” Phoo berteriak sementara Oguri masih mengejar-ngejar di belakangnya. “Phoo!!!” teriak Oguri sambil masih mengacungkan arit dan berlari ke arah Phoo. Phoo berlari dengan cepat, Oguri pun juga berlari dengan cepat, Phoo melambat, Oguri juga melambat. Dari teras, Akanishi, Kamenashi, Aan, Nite, dan Lilin duduk dengan santai dengan popcorn di tangan kiri dan coklat panas di depan mereka, menonton perdana film Bollywood di hadapan mereka. “Romantis ya…” kata Nite.
Februari 06, 2009
Hima.014 Weekend Seru (first day)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar