“argh !!!! aku lapar !!!” kata Akanishi sembari menjatuhkan tubuhnya di samping Kamenashi
“sama” guman Kamenashi pelan tanpa menoleh dengan pandangan kosong.
Sudah lebih dari 5 jam mereka menunggu guru IAD itu di bawah pohon halaman sekolah. Kemarin Pak Hatake mengatakan bahwa hari itu mereka akan di ajak mengakrabkan diri dengan alam bebas, istilah kerennya hiking. Pak Hatake mengatakan bahwa mereka akan berangkat pagi-pagi sekali, jadi wajib kumpul jam setengah 5 dan yang telat akan ditinggal dengan ancaman nilai E. Dengan alasan kegiatan yang akan di tempuh tidak baik kalau dilakukan dengan perut penuh, demi kebaikan semuanya, maka Pak Hatake melarang mereka untuk sarapan terlebih dahulu.
“aduh !!!” seru Phoo saat sebuah tas melayang ke wajahnya
“diam ! omonganmu itu bikin nambah perut jadi lapar !” kata Lilin
“sakit tahu” seru Phoo sembari melempar balik, mo balas dendam, tapi Lilin cuma menendang tas yang dilempar Phoo sehingga nyangkut dengan tepat di punggung Aan.
“aduh ! kok aku yang kena ?!”
“ups, sorry teh” Phoo nyengir tanpa dosa
“sudah jangan ribut. Contohlah mereka berempat” kata Nite bijak sembari menunjuk ke arah 4 orang anak yang duduk tak jauh dari mereka.
Siti bersandar ke pohon seperti Kamenashi dan Akanishi, hanya saja matanya terpejam, alias tidur. Ratna di sampingnya sedang asyik baca buku, sementara Nia sibuk bicara lewat handphone dan Dini menekuni buku catatan yang ada di tangannya.
“argh !!!! Aku lapar !!!!!” teriak Akanishi lagi
“uruse !” kali ini Oguri yang mengomentari teriakan Akanishi.
“ngapain yuk. Bosen nih” ajak Nite yang dah bosen membusuk di bawah pohon dari pagi.
Setelah melewati perundingan yang sangat alot dan lama serta diwarnai dengan perkelahian yang hebat akhirnya mereka sepakat untuk main daruma terguling. Setelah bosan ganti main tendang kaleng, setan-setanan (yang cuma sebentar, gara-gara Phoo protes dia jadi setan mulu), sambung kata, jangkeng alias suit, uno, monopoli, ular tangga, kartu sampai seigaku game yang diusulin Lilin -dan biasanya selalu di tolak mentah mentah- pun dikerjakan buat ngisi waktu.
Detik demi detik berlalu, menit menit terlewati, jam terus berganti, tapi Pak Hatake belum juga keliatan batang hidungnya.
“pak Hatake mana seh ??!!!” teriak Nite frustasi
“mungkin pas di jalan papasan ma ibu-ibu mo ngelahirin trus nolongin n nganter ke rumah sakit” sahut Lilin asal
“memangnya Echizen ma Oishii” kata Aan sambil mendaratkan pukulan ringan ke kepala anak yang paling muda itu.
“gomen” guman Lilin tak peduli sambil mengusap kepalanya.
“trus gimana nih, dah 10 jam kita nunggu di sini” keluh Phoo
DUAR !!!
Tiba-tiba saja terdengar ledakan mercon dan sesosok manusia muncul dari tengah-tengah asap.
“wah, maaf-maaf” kata sosok itu yang ternyata Pak Hatake “tadi di jalan aku ketemu sama nenek-nenek yang tanya jalan terus nganterin dia dulu dan ternyata malah tersesat”
“bohong !!!!” tuduh mereka barengan.
“ya sudah, berhubung sudah siang jadi acara hiking di batalkan sebagai gantinya hari ini kita ujian”
“eeehhhh.....!!!?????”
“pasti dia dendam gara-gara kita nuduh kalau dia bohong” bisik Akanishi pelan
“kau ngomong sesuatu ?” tanya Pak Hatake
“ti-tidak”
“oh, baiklah kalau begitu. Soalnya mudah, cuma satu dan kalian boleh kerja sama satu kelas”
“asyik” seru Aan yang langsung dapat desisan dari semua orang
“yah.....soalnya adalah. Cari kura-kura merah maka nilai MID kalian semua A. Sebelum menemukan kalian tidak boleh pulang, makan dan lain sebagainya. Sudah ya, ku tunggu di kelas”
Dengan bunyi ledakan maka hilanglah Pak Hatake dari hadapan mereka. Sementara itu, 11 orang masih berdiri berjajar siap bertanding sepak bola, ow salah maksudnya mereka cuma bisa berdiri sambil merasakan angin dingin yang tiba-tiba muncul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar