Februari 06, 2009

Hima.008 Screaming Night

Jum’at malam jam 8 lebih 5 menit.

Seminggu sudah berlalu sejak drama “Laskar Banjir” dipentaskan.

Di ruang santai asrama timur lantai 3, tempat anak2 cewek nongkrong bareng.



Silent..

Hening..

Diam tanpa kata..

Mencoba bertahan..

Hanya ada kau dan dia..

Lilin dan Aan duduk saling berhadapan dan saling pandang2an menatap ikan koi dalam fish bowl.

Phoo datang ngebawa majalah Asian-star yang baru dibelinya sore tadi di toko langganannya di ujung jalan.

“Kalian lagi ngapain sih?” Phoo heran ngliat Lilin dan Aan pandang2an ikan koi.

“Sttttsss!!!” sahut Lilin dan Aan kompak.

“Ih—dasar aneh!” cibir Phoo. Duduk di sofa nan empuk sambil melototin boyband kesukaannya, TVXQ.

Di sebelahnya duduk Dini yang sibuk bikin neraca keuangan.

Siti duduk di bawah beralaskan karpet sambil baca novel Ketika Cinta Bertasbih.

“Kalian lagi ngapain sih?” tanya Nite yang baru aja dari dapur.

“BRISIK!!” bentak Lilin dan Aan kompak.

Nite hanya mendelik aneh ke arah ke-2 temannya. Lalu duduk di samping Phoo. Mengambil remote tipi dan nyetel sinetron kesayangannya, Melati Untuk Marvel.

“Duh Marvel makin hari kok makin cakep aja sih.” Komentar Nite sambil nyumpit mie rebusnya.

Nia datang trus ikut2an pandang2an ama ikan koi. Bosen! Nia memulai kebiasaannya menyibakkan rambutnya dan Pluk! 1 kutu masuk dalam mangkok ikan koi. Secepat kilat ikan koi itu memakan kutu rambut Nia.

Ratna yang ngeliat Nite makan mie rebus, ikutan nyumpit mie rebusnya.

Kamenashi, Oguri, dan Akanishi masuk ke ruang santai. Mereka ber-3 bengong ngliat Lilin dan Aan yang asyik pandang2an ama ikan koi.

“Kalian ngapain?” tanya Kamenashi dengan logat ngapaknya.

“Nggak liat kita sedang ngapain?” Lilin balik nanya.

“Kayak orang bodoh!” Sindir Oguri yang emang terkenal ketus.

Ngeliat Kamenashi datang, Phoo melupakan boyband kesayangannya, begitu pula dengan Nite yang tak mempedulikan sinetron kesayangannya lagi. Mereka ber-2 langsung tebar pesona senyam-senyum penuh makna dan nggak jelas.

“Kame kok tumben maen kesini?” tanya Phoo genit.

“Kita kesini mau ngasih pesan dari Madam Ivan.” Ujar Kamenashi.

Mendengar nama Madam Ivan, murid kelas 3D langsung bergerumul di depan Kamenashi, kecuali Lilin dan Aan. Apalagi Phoo dan Nite yang tak kedip menatap Kamenashi.

“Kita udah nyelesaiin drama Laskar Banjir dengan sukses.” Kata Kamenashi sang ketua kelas. “Sebagai ungkapan kebahagiaan dan selamat atas kesuksesan drama tersebut, Madam Ivan memberikan kita hadiah yaitu liburan satu malam ke villanya yang ada di Bandungan.”

“HOREEEE……!!!!!” sorak gembira membahana nyaring di ruang santai.

“Berarti malam ini harus siap2 dulu!” Phoo langsung masuk kamar dan masukkin beberapa baju dalam tas.

“Kame, kalo perlu bantuan, aku siap membantu beresin baju2mu.” Nite menawarkan diri.

“Ah, nggak terima kasih.” Tolak Kamenashi halus.

Nite senyam-senyum genit gitu deh!

“Aduh, aku ngantuk.” Ujar Nia masih menyibakkan rambutnya.

“Iya, aku juga ngantuk.” Sahut Ratna menguap.

“Iya, nih aku juga jadi ikut ngantuk.” Ujar Kamenashi yang ikut2an menguap.

“Tidur ah~ Kalian nggak ngantuk? tanya Akanishi bingung coz dari tadi Lilin dan Aan tak gerak 1 centipun.

“Kalian mau pandang2an ikan koi sampai kapan?” tanya Kamenashi yang lagi2 menguap.

“Kita bakal tidur kalo ikannya juga udah tidur!!” ketus Lilin.

“Baka!!” gumam Oguri sambil meninggalkan ruang santai.

Akhirnya mereka semua membiarkan Lilin dan Aan pandang2an ama ikan koi semalaman suntuk. *ampe lumuten+jamuran tuh ikan tidurnya…*

***

Sabtu sore jam 4.

Di halaman gedung utama Undian High School.

“Semuanya udah ngumpul?” tanya Kamenashi sambil ngitung.

“Udah!” kompak yang lain.

“Yakin yang ikut cuma segini aja?” tanya Kamenashi lagi.

“Yakin!” kompak yang lain lagi.

Ratna nggak ikut karena ada sepupunya yang nikah, trus Ratna jadi putrid domasnya. Nia ada jadwal kencan. Siti ada pengajian keluarga. Sedangkan Dini sedang kalud dan bingung karna uang Kagayakinya kurang 2rb.

10menit kemudian tepatnya jam 4 lebih 10 menit, mobil avanza yang telah dijanjikan oleh Madam Ivan datang.

Secepat kilat Phoo dan Nite duduk di jok tengah. Pastinya dengan Kamenashi juga. *ah—idup mereka berdua kayaknya hanya terfokus ama 1 cowok aja*

Lilin, Aan, dan Akanishi duduk di jok belakang.

Oguri duduk santai di depan tanpa ada yang mengganggu. Sepanjang perjalanan hanya tidur.

Sampai juga di villa pribadi Madam Ivan.

“Beneran ini villa Madam Ivan?” Phoo terperangah kaget, tapi juga penuh keheranan. Abisnya villanya guwede bianget kayak istana.

“Mungkin kita salah villa?” pikir Nite.

“Nggak mungkin ini villa Madam Ivan!” Aan terpesona hebat.

“Setauku villa emang di daerah yang sepi dan jauh dari keramaian, tapi ini benar2 sepi.” Ujar Akanishi takut. Lantas ngrapatin diri ke Oguri.

Oguri tak senang melihat Akanishi ngrapatin diri di belakangnya.

Villanya emang gede kayak istana, tapi yang anehnya di kiri-kanannya sama sekali nggak ada rumah ataupun tanda2 kehidupan selain pohon2 besar dan ditumbuhi oleh ilalang setinggi badan manusia.

“Yang mengantarkan kita, kan, sopir pribadi Madam Ivan, jadi nggak mungkin salah.” Kamenashi buka suara.

“Kita pulang aja, yuk!” usul Lilin yang udah mulai merinding.

“Aku setuju!” Akanishi menyetujui usul Lilin.

“Nande omaetachi???!!” galak Oguri nakutin.

“Jangan masuk ke villa itu! Aura di villa itu gelap dan suram.” Ujar sebuah suara dengan nada berat.

“Oh, gitu ya…” koor mereka kompak sambil manggut2 kepala.

Tiba2 mereka tersadar dan menoleh ke belakang mencari sumber suara. Seorang cowok berdiri tepat di belakang mereka.

“Lebih baik jangan masuk ke villa itu!” sarannya lagi. Kali ini nada suaranya lebih berat.

“Kenapa?” tanya Phoo penasaran.

“Lebih baik jangan! Aura divilla itu sangat gelap dan suram.” Kali ini nada suaranya berubah datar dan pergi tanpa pamit.

“Tuh cowok aneh deh! Ya, jelas aja tuh villa auranya gelap dan suram. Nggak liat tuh awannya mendung dan hitam pekat nutupin villa. Dasar cowok aneh!!” Phoo ngamuk2.

“Lebih baik kita nggak usah masuk!” saran Akanishi yang udah mulai parno. Masih ngrapatin diri ke Oguri.

Oguri bergerak menjauh dari Akanishi, tapi Akanishi terus ngrapatin dirinya.

“He-eh, bener!” Lilin juga udah mulai parno berat dan ngrapatin diri ke Aan.

“Kalo kita pulang berarti kita nggak sopan karna udah nolak hadiah dari Madam Ivan.” Kamenashi berkata dengan sangat bijak. *hmm, bakal jadi saingannya Pak Asep nih!*

“Ayo, malam ini kita pesta barbekyu!!!” kompak Nite, Phoo, dan Aan sambil ngangkat tangan semangat.

Di depan gerbang, 2 satpam bertubuh gempal dan gembul membukakan pintu gerbang. Diseragamnya tertulis nama Abdel dan Temon.

Akanishi berjalan sambil terus ngrapatin diri ke Kamenashi. Dari tadi ia kena omel Oguri karna terus nempel kayak prangko.

Lilin juga terus ngrapatin diri ke Aan.

Phoo dan Nite berjalan di kiri dan kanan Kamenashi kayak dayang2. Tapi mereka berdua sebel ngliat Akanishi yang terus nempel sama Kamenashi.

Di depan pintu masuk utama villa, berdiri seorang pelayan laki2 tinggi, kurus, rambut klimis, dan lengkap dengan seragam pelayan. Ia memperkenalkan dirinya yang bernama Udin Cungkring.

Mereka dipersilahkan masuk oleh Udin dan dianter ke kamar yang terletak di lantai 2.

“Kamar perempuan disini!” Udin ngebukain pintu kamar dan mempersilahkan mereka masuk.

Udin lalu mengantar Kamenahi, Akanishi, dan Oguri ke kamarnya.

Di kamar cewek…

“Busyet!! Ni kamar guwede biangeti! Lebih guwede dari kamar hotel bintang 5.” Pesona Phoo muter2 kayak ballerina.

“Iya. Eh, mana remote tipi?” Nite ngambil remote tipi yang ada di atas springbed dan nyetel acara sinetron kesukaannya, Tarzan cilik.

Nite emang penggemar sinetron Indonesia. Bila nggak nonton 1 episode aja, wah bakal mutung semalaman deh!

Lilin ngebuka korden. Maksudnya sih pengen ngliat pemandangan di luar. Tapi ternyata semuanya hanya hamparan hijau pohon dan rumput ilalang.

“AAAARRGGHH…!!!” teriak Lilin langsung menerjang kaur dan bersembunyi di balik selimut.

Aan, Nite, dan Phoo kaget ngedengar jeritan Lilin yang memekakkan telinga.

“Lilin, ada apa?” tanya Aan.

Lilin ngasih liat separo wajahnya.

“Tadi aku liat ada seseorang di bawah sana, pake baju item2. Nakutin banget!” Lilin bergidik hebat.

“Oh, mungkin di mall lagi ada diskon besar2an untuk all item kali.” Tawa Phoo.

“Bisa diem nggak!” omel Nite.

Phoo cemberut dan ngomel2 lirih nggak jelas.

“Mana? Mana?” Aan yang berjiwa preman nantang dan ngliat dari dekat ke jendela. “Mana, Lin? Nggak ada!”

Ada, tadi ada kok!” Lilin ngeyakinin.

Tiba2 Phoo nepok jidat Lilin. “Nggak panas kok!” polos Phoo.

“Kalian masih inget nggak ama yang dikatakan cowok aneh di depan villa tadi?” tanya Lilin.

Aan, Phoo, dan Nite manggut2.

“Hati2 aura di villa ini gelap dan suram.” Lilin niruin apa yang dikatakan cowok aneh tadi.

“Ya, iyalah, gelap dan suram. Tuh, liat di luar langitnya mendung lagipula dah mau maghrib jadinya gelap. Sukanya parno sih!” sindir Phoo.

“Mungkin kamu kecapekan doank!” komentar Aan yang sekarang punya jiwa keibuan.

“Tadi aku yakin aku ngliat seseorang di bawah sana!” ujar Lilin ngeyakini teman2nya, masih dengan takut2.

“Cakep nggak orangnya?” tanya Phoo pengen tahu.

“Ama Kame cakep mana?” cecar Nite nggak mau kalah.

“Aku nggak tau tuh orang cowok ato cewek!” gusar Lilin.

Phoo dan Nite sibuk ngobrolin siapa yang dilihat Lilin tadi, cowok ato cewek? Ato dua2nya?

“Lha punggungnya bolong apa nggak?” tambah Aan.

“AAAAAAARRRGGH…!!!” jerit Lilin makin kenceng.

Di kamar cowok..

“Hebat! Villa Madam Ivan gede banget.” Ujar Kamenashi dengan nada mantap ngapak.

“Sugeee…!!” puji Oguri manggut2.

Akanishi masih ngerapatin diri ke Kamenashi.

“Kita pulang aja, yuk…!” ajak Akanishi.

“Kalo mau pulang, pulang aja sendiri!” suruh Kamenashi.

“Aku mau tidur dulu!” ujar Oguri langsung tidur.

Ngeliat Oguri tidur. Akanishipun juga pengen ikut2an tidur.

Kamenashi sibuk SMS-an. Entah SMS-an ama sapa? Tumben banget nih cowok seneng SMS-an, biasanya sih nggak suka.

***

Jam 7 malam..

Makan malam di ruang makan.

Ruang makannya gede banget. Meja makannya juga gede dan banyak kursi. Kalo diitung2 bisa nampung satu RT kali.

Akanishi masih terus nempel ama Kamenashi. Lama2 Kamenashi jadi gerah juga ditempeli ama Akanishi.

Lilin juga nggak beda jauh ama Akanishi yang maih nempel ama Aan.

Nite dan Phoo cuma bengong ngeliat Akanishi dan Lilin yang lagi parno berat.

Nite, [Tampang preman gitu kok takut!]

Phoo, [Gaya sih tomboy, tapi tetep hati sih Nia Daniati!]

Pikir mereka berdua nggak abis pikir saat ngeliat Akanishi dan Lilin.

Udin Cungkring menyuguhkan berbagai makanan enak. Dari masakan tradisionil, masakan Eropa empe masakan dedemit juga ada.

Phoo dan Oguri yang emang doyan maem langsung ngiler ngeliat masakan lezat di atas meja. Tanpa ba-bi-bu lagi langsung nyerbu tu makanan.

Aan dan Nite juga mau kalah ikut nyerbu tu makanan.

Kamenashi tentunya tak serakus mereka berempat. Ia makan dengan tenang dan santai.

Hanya Akanishi dan Lili aja yang nggak punya selera makan. Pikiran mereka berdua udah diliputin oleh rasa takut.

“AAARRGH..!!!” lagi2 Lilin ngejerit.

“AAAAARRGGH…!!!!” jerit Akanishi lebih keras coz kaget ngedengar Lilin ngejerit.

Spontan yang laen nengok ke arah Lilin dan Akanishi. Mencari tau apa yang terjadi dan kenapa bisa terjadi?

Ada apa lagi sih, Lin??!!” tanya Nite galak.

“Itu, ada yang gerak2 di atas piring itu!” Lilin nunjuk2 ke arah piring sayur di depannya.

Aan yang duduk di sebelahnya langsung ngorak-ngarik sayuran dalam piring.

“Oh, walah… ini kan cuma ulat sayur doank! Gitu aja kok takut! Heran deh!” ledek Aan gedek2.

“Ulat sayur? Jangan2 sayurnya dicuci nggak bersih.” Sahut Akanishi yang mendadak berubah jadi peduli kesehatan.

“Justru yang ada ulatnya itu berarti sayurannya bebas dari pestisida. Ulat aja nggak mau makan yang ada pestisidanya, masa kita yang manusia nyari sayur yang bebas ulat. Sama aja kita menimbun racun dalam tubuh kita.” Kame ngejelasin. Udah cakep, cerdas, sopan, ramah, baek, dan masih banyak lagi yang nggak bisa disebutin satu-persatu. *pantes aja Phoo dan Nite ampe segitu tergila2nya.*

“Ya, anggep aja ulat sayur kaya akan protein hewani.” Tambah Phoo sambil menggigit ayam goreng crispy dengan lahap.

“Sugeee…!!” puji Oguri sambil ngacungin jempol ke arah Phoo.

Wah, baru kali ini Oguri memuji Phoo. *kesambet setan apa ya?*

Phoo yang nggak biasa2nya dipuji oleh Oguri langsung nangis haru bombai.

Yang laen bengong ngeliat Oguri karna kata andalan Oguri hanya satu yaitu “BAKA.”

Malam ini tanpa bintang dan bulan.

Gelap.

CRESS!

Hujan turun dengan sangat lebat.

Acara barbekyu terpaksa batal. Padahal Nite, Phoo, dan Aan sudah membayangkan malam minggu yang seru.

Di tengah derasnya hujan turun ada yang nyumbangin lagu dengan sukarela.

Tik.. tik.. tik.. bunyi hujan di atas genteng. Airnya turun tidak terkira.. Cobalah tengok dahan dan ranting, pohon dan kebun basah semua..

“Kame, ternyata masih inget lagu itu ya?” Phoo heran dan masih terpesona ama suara merdu Kamenashi. “Kita nyanyi sekali lagi, yuk..!” ajak Phoo.

“Itu lagu kapan? Yang lagi happening saat ini donk!” Nite nyindir Phoo. *halah, ngomong aja cemberu.*

“Emang lagu yang lagi happening saat ini apa?” tanya Kamenashi bingung karna lagu yang sering ia dengerin lagu campursari.

“Peterpan.” Sahut Nite centil sambil kedip2 mata ke arah Kamenashi.

“Sheila on 7 aja.” Sahut Aan yang selalu mengatakan dirinya adalah Sheila Gank *nama sebutan fans untuk Sheila on7.*

PET!!

Mati lampu.

“AAAAAARRRGGHH……!!!!!!!”

Kali ini yang teriak nggak hanya Akanishi dan Lilin, tapi Phoo, Nite, dan Aan juga ikut2an teriak.

“Aduh, gelap!” teriak Nite.

“AAARRGH!!! Semuanya hilang, nggak keliatan! Kame, kamu dimana? Jangan takut!” panik Phoo yang masih sempert2nya mikirin Kamenashi.

“Cari lilin! Lilin!” panik Aan kebingungan.

“Woi! Woi! Aku disini!” teriak Lilin melambaikan tangan. *percuma melambaikan tangan, lha wong nggak keliatan juga kok.*

“Bukan Lilin kamu!!” bantah Aan teriak.

“Trus kalo bukan aku, Lilin yang mana?” Lilin mulai parno lagi.

Mereka semakin panic saat ngedengar ada suara isakan tangis.

“AAAAAAAARRRGGHH!!!!” jeritan mereka semakin kencang.

Tiba2 ada sebuah cahaya lampu diatara kegelapan.

“Kalian kan bawa HP, nah HP-nya dinyalain!” instruksi Kamenashi.

“Baka!” lirih Oguri dengan sikap tenang. Hatinya terdengar jelas sedang nertawain teman2nya.

Mendengar instruksi dari Kamenashi, HP mereka yang ada di dalam saku celana dikeluarin dan dinyalain.

“Ah~ lega, akhirnya kubisa ngeliat wajah kalian lagi walaupun burem.” Lega Phoo ngelus dadanya.

“Kame, kamu dimana?” panggil Nite sambil nyorot cahaya HP ke arah wajah mereka satu-persatu.

“Ayo kumpul di tengah dan jangan sampe ada yang terpisah!” gantian Aan yang ngasih instruksi.

“Kalo bisa sambil gandengan tangan.” Ujar Phoo, tau Kamenashi ada di sampingnya. *maunya tuh!*

Nite mulai ngitung teman2nya yang bergerumul ngebentuk lingkaran.

“1.. 2.. 3.. 4.. 5.. 6.. 7.. 8..” itung Nite tanpa keraguan.

“Pas! Komplit!” seru Aan.

“Eh, tunggu! Yakin ada 8?” Phoo nggak yakin.

“1.. 2.. 3.. 4.. 5.. 6.. 7.. 8..” itung Kamenashi.

Merasa kurang yakin Kamenashi ngitung sekali lagi.

“1.. 2.. 3.. 4.. 5.. 6.. 7.. 8..”

“Bukankah yang ikut hanya 7 orang?” Akanishi setuju ama Phoo.

“………” hening. Nggak ada suara.

“Lalu, satu orang lagi yang ada di samping Lilin sapa donk?” bisik Nite yang berdirinya tepat di samping Lilin.

“………” yang terdengar hanya suara Lilin nelen air liur. Wajahnya udah pucat pasi.

SYUUT..

Hembusan angin masuk melalui celah2 lubang angin. Bikin mereka merinding. Saking takutnya mau lari gaya kaki seribu tapi kaki mereka sama sekali nggak bisa digerakkan. Dalam hitungan ketiga, mereka udah lari gaya bebas.

BRUKK!

Nite nabrak pintu. Ia mengusap jidatnya yang nyut2 nyeri dan lebam.

Mereka naik ke lantai atas dengan berlari dan hanya diterangi oleh cahaya lampu dari HP masing2. Nggak peduli mau nabrak sapa? Nggak peduli mau jatuh beruntun? Nggak peduli lagi ama gebetan! Nggak peduli lagi ama sok2an! Pokoknya temanya takut dan mencekam.

Tiba2 ada sebuah cahaya melayang dari kejauhan datang mendekat.

Phoo dan Aan berpegangan tangan kayak mau diumumin eliminasi.

Nite dan Lilin merapat dibalik punggung Phoo dan Aan.

Akanishi memeluk mesra Kamenashi.

Kamenashi dan Oguri yang semula cuek dan cool, sekarang mulai menampakkan ketakutan di wajah mereka.

Cahaya tersebut semakin dekat dan dekat. Membuat mereka semua bergidik ngeri.

“AAAAAARRRGGHH!!!!!” jeritan mereka kembali terdengar saat ngeliat wajah tanpa badan dalam cahaya gelap.

“Maaf, kalau saya mengagetkan Anda semua.” Sebuah suara dalam penuh maaf.

“Iya, Mbah, saya udah maafin Mbah.” Ujar Akanishi masik memeluk mesra Kamenashi.

“Mbah, ampun Mbah!” Oguri memohon. *tumben Oguri ngomong kayak gitu? Maklum kepepet rasa takut sih!*

“Jangan ganggu kami, Mbah! Kita anak baik2, Mbah.” Pinta Kamenashi.

“Mbah, kita masih muda. Lagipula saya belum rabi, Mbah.” Ujar Aan masih berpegangan tangan ama Phoo. *rabi=nikah*

“Iya, Mbah, downlodan tenimyu saya masih banyak, Mbah.” Ujar Lilin gemetar.

“Saya belum jadi atlet lompat jauh, Mbah.” Ujar Oguri lagi.

“Saya belom ketemu idola saya Ariel Peterpan. Belom minta tandatangan dan foto bareng.” Sedih Nite.

“Saya juga belom kenalan ama Ibu mertua, Mbah.” Phoo sedih nggak bisa kenalan ama Ibu mertua yaitu Ibunya Kamenashi.

Wah, permintaan mereka semua kacau balau.

“Ini saya Udin Cungkring, kepala pelayan rumah ini.” Kata Udin bersalah karna udah ngebuat tamu2nya takut.

Semuanya langsung menyorotkan cahaya lampu HP ke wajah Udin. Setelah ngeliat wajah Udin baru mereka tenang dan bisa bernapas lega, meskipun masih takut.

Lampu nyala!

“HOREEE!!!!” sorak girang dari mereka.

“Lebih baik kalian kembali ke kamar dan jangan keluar dari kamar!” pesan Udin tegas. Lalu turun ke lantai bawah.

Mereka hanya manggut2 kepala. Lagian mereka udah terlalu takut untuk berkeliaran.

“Gimana kalo malam ini kita tidurnya satu kamar aja?” usul Akanishi.

PLETOK!

Nite dan Aan langsung ngejitak kepala Akanishi.

“Kalian jangan mikir yang macam2 dulu!” ralat Akanishi cepat sebelum dijitak lagi.

“Apa kalian nggak merasa aneh dengan sikap Udin barusan?”

Semuanya mikir serius.

“Trus waktu mati lampu tadi.. bukankah kita hanya 7 orang, lalu kenapa tiba2 jadi 8 orang?”

Kali ini apa yang dikatakan Akanishi benar adanya. Nite, Phoo, Aan, dan Lilin langsung bergidik ngeri. Mereka berpelukan layaknya teletubies.

“Iya, kayaknya malam ini kita tidurnya satu kamar aja deh!” Lilin menyetujui usul Akanishi.

Akhirnya mereka setuju dan memutuskan untuk tidur satu kamar di kamar cewek. Yang cewek tidur di springbed yang empuk, sedangkan yang cowok tidur di sofa empuk. Meskipun mereka satu kamar, tapi nggak ada satupun dari mereka yang tidur atopun memejamkan mata.

Untuk melepas ketakutan dan rasa ngantuk, mereka bikin permainan “domikado” dan “cublak2 suweng.”

Duk.. duk.. duk..

Suara derap langkah kaki.

“Kalian dengar sesuatu nggak?” tanya Akanishi yang entah kenapa hari ini jadi peka banget.

“Denger apa?” tanya Phoo sambil menguap. Matanya udah merah banget.

“Coba deh dengerin lagi!” pinta Akanishi.

Mereka semua pasang kuping kayak kelinci.

“Iya, kayaknya ada sesuatu yang menuju kesini!” sahut Kamenashi.

Mereka semua menguping dari balik pintu. Suara derap langkah kakinya semakin lama semakin terdengar jelas. Namun, suaranya hilang saat di depan pintu kamar.

Tok.. tok.. tok..

Sekarang suara pintu kamar diketok.

Mereka semua saling pandang, saling dorong sapa yang akan membuka pintu? saling hompimpah dan suit. Akhirnya mereka sepakat nunjuk Kamenashi.

Dengan takut2 Kamenashi membuka pintu pelan2 banget. Melongokkan sedikt kepalanya untuk mengintip siapa yang ada di luar? Kosong!

“Nggak ada orang!” ujar Kamenashi.

“Trus tadi sapa donk?” tanya Akanish ngeri banget.

“Sttss.. denger ada suara rame2 di bawah nggak?” tanya Kamenashi ke teman2nya.

Mereka kembali masang kuping. Penasaran, mereka berjalan berjingkit2 menyusuri lorong lantai 2. Sampainya di tangga utama, masing2 dari mereka nunjukin ekspresi yang aneh dan juga bingung.

“Kenapa di bawah ada banyak orang?” tanya Aan kaget.

“Iya, apa Madam Ivan ngadain cosplay ya?” heran Nite garuk2 kepala.

“Coba lihat deh! Cowok yang pake baju tradisional China yang sedang lompat2 itu lucu banget. Trus jidatnya ditempeli duit 100rb lagi. Hahaha…” Phoo terkekeh geli.

“Kalian sedang ngapain disini? Ayo, ikut gabung ke bawah!” ajak seorang gadis cantik memakai baju noni2 Belanda.

Akanishi terpesona ngeliat kecantikan noni Belanda tersebut. Nggak sadar tuh ampe mimisan gitu.

Seorang gadis berambut panjang dan memakai baju putih keluar dari dalam tipi.

“Eh, Mbaknya kok keluar dari dalam tipi?” heran Lilin.

“Iya, hebat!” puji Kamenashi nggak abis pikir.

“Jangan2 Mbaknya tukang sulap.” Sambung Phoo tepuk tangan kagum.

Gadis itu jatuh tersungkur di lantai.

“Waduh, pasti sakit banget jatoh dari atas situ.” Iba Aan.

“Salah sapa naruh TV di atas! Baka!!” komentar Oguri.

“Mbak.. mbak.. besok2 kalo mo turun jangan lupa bawa tangga.” Timpal Nite.

Mereka ngeliat sosok putih loncat2 nggak jelas dan bingung mo kemana?

“Itu kenapa kok loncat2 gitu?” Akanishi heran.

“Apa nggak capek ya loncat2 gitu?” tanya Phoo polos.

Sosok putih itu tiba2 terserembat oleh ujung kainnya sendiri. Jatoh dan nggak bisa bangun.

“Aduh, kasihan, nggak bisa bangun. Cepet tolongin!” pinta Aan ke teman2nya.

“lho, kok sekarang malah ngesot.” Phoo makin heran.

Itu sosok putih nggak bisa bangun, akhirnya ya ngesot di lantai.

“Lha, sekarang malah kayak ulat bulu.” Nite semakin garuk2 kepala.

Oguri hanya memandangnya dengan tatapan aneh tapi nyata.

Lilin tak banyak komentar karna masih parno.

“Madam Ivan ngapain ya ngundang atraksi sirkus segala?” Phoo bener2 keheranan.

Puk! Puk!

Ada yang nepok2 bahu Nite.

Nite noleh ke belakang dan ia kaget-sekagetnya ngeliat gadis berambut ular.

“AAAARRGH!!!” teriak Nite, secepat kilat nurunin tangga.

Disusul Phoo, Lilin, dan Aan yang teriakannya juga nggak kalah heboh dari Nite.

Pas ditengah2 mereka dikepung oleh sekelompok cowok berbaju tradisional China sedang loncat2.

Nite, Aan, Lilin, dan Phoo membentuk lingkaran dan pasang kuda2 buat nglawan cowok2 aneh yang terus loncat2 nggak jelas.

Nite ngeluarin uang ribuan dan nempelin ke jidat cowok2 tersebut.

Nggak berhenti malahan cowok2 tersebut makin keranjingan loncat2.

“Ngasih kok seribu! Sekarang harga sembako mahal, buk!” protes Aan yang tau banget harga sembako.

Giliran Aan yang ngeluarin uang 5rb dan ditempelin ke jidat cowok2 tersebut.

Diam!

“Horeee… Berhasil! Berhasil!” girang mereka kompak nirun gaya Dora.

Ternyata uang 5rb nggak mempan karna tuh cowok2 aneh tersebut masih loncat2.

Akhirnya Phoo, Nite, Aan, dan Lilin masing ngeluarin uang, tapi karna sibuk ngitung uang patungan jadinya mereka melupakan cowok2 aneh yang sedang loncat2 di hadapan mereka.

Ditangga atas, Kame diajak kenalan dan digodain ama gadis berambut ular. Gayanya lebih centil dari Phoo dan Nite.

Akanishi terus aja ngrapatin diri ke Oguri.

Mulanya Oguri gerah ditempeli ama Akanishi, tapi karna mereka berdua dalam posisi takut jadi Oguri mau nggak mau tetap bertahan. Tapi tetep aja Oguri gerah banget.

“Hai, aku casper. Namamu sapa?” sapa anak kecil botak melayang2 di hadapan Akanishi.

Saking syoknya, Akanishi pingsan dan jatoh glundung2 ke bawah.

BRUK!! Jatoh dengan mulus bagaikan bola bowling tepat mengenai pin2nya yaitu sekelompok cowok2 aneh yang sedang loncat2 mengelilingi Phoo, Nite, Lilin, dan Aan.

Nite noleh ke belakang dan ngeliat Akanishi jatoh tepat di belakangnya persis.

“Akanishi!” teriak Nite kaget.

“Akanishi, jangan mati!” tangis Phoo sambil ngegoyang2in tubuh Akanishi.

“Bangun Akanishi…!!” isak tangis Aan nyaring.

“Akanishi… kenapa kau begitu cepat? Kita kan baru aja berteman.” Phoo meraung2.

“Akanishi……” Lilin meneteskan airmata.

“Akanishi, bangun!!” Nite menangis tersedu2.

“Akanishi!!” panik Oguri. “Bangun, Akanishi!! Kalo tau akan begini, mending kamu terus nempel ama aku. Maafkan aku…” Oguri nggak bisa nyembunyiin airmata sedihnya.

“Nempel? Emang kamu pikir Akanishi dedemit!” protes Phoo.

“Tolong!!!!” jerit Kamenashi lari bolak-balik.

Mereka ngeliat Kamenashi lari dikejar oleh gadis berambut ular bagaikan dalam adegan kejar2an ala Sahruh Khan dan Kajol. Romantis deh! Sayangnya, mereka nggak terlalu mikirin Kamenashi, yang mereka pikirin adalah Akanishi.

Sosok putih yang loncat2 datang menghampiri dan ngeliat Akanishi yang tergolek lemah tak berdaya. Tak berapa lama kemudian giliran Lilin yang menyusul Akanishi yang pingsan. Habisnya tuh sosok putihnya ada di samping Lilin persis.

“Maaf, golongan darahmu apa ya?” tanya cowok tampan dengan gigi taring yang bikin silau mata, sambil ngelus2 leher Nite.

“A.” sahut Nite singkat.

“Oh, A ya.. Berarti darahmu banyak mengandung vitamin A yang bagus untuk mata.”

“Kalo golongan darah B?” tanya Phoo pengen tau, karna golongan darahnya adalah B.

“Aduh, aku alergi ama golongan darah B. Padahal golongan darah B banyak mengandung vitamin B untuk mencegah penyakit beri2.” Jelas cowok tampan tersebut.

Akhirnya Nite dan Phoo saling bertukar pendapat dan sharing masalah kesehatan ama tuh cowok tampan.

Dari arah dapur keluar asap putih, semakin lama semakin banyak dan pekat, ngebuat mereka kesusahan bernapas dan… *kira2 apa yang terjadi dengan mereka? Kita tanya saja Gallileo.*

***

Esok pagi yang cerah..

Langitnya cerah..

Awannya selembut sutra..

mentarinya cuma cengar-cengir..

Perlahan2 ngebuka mata. Sayup2 terdengar banyak suara disekitarnya. Saat ngebuka mata pertama kali yang ia lihat malah 2 gadis centil yang selalu ngrecokinya, ya dia adalah Phoo dan Nite.

“Kame, kamu nggak apa2 kan?” tanya Phoo cemas sambil melambai2kan tangan ke arah Kamenashi.

“Kame.. syukurlah kamu nggak apa2. Jantungku tiba2 aja hilang saat ngliat kamu nggak sadarkan diri, eh untungnya jantungku udah ketemu di dalam dompet.” Nite nangis bahagia.

“Aku ada dimana?” tanya Kamenashi bingung. Ia duduk dan ngeliat satu-persatu teman2nya, ada Oguri, Akanishi, Lilin, juga Aan.

Madam Ivan masuk dan membawa 7 cangkir coklat panas dalam nampan.

“Sebenarnya apa yang terjadi sama kalian? Kenapa kalian nggak ada di villa Madam?” tanya Madam Ivan cemas.

“Kita berada di villa Madam, kok!” ujar Aan sambil nyeruput coklat panasnya.

“Kalo kalian emang berada di villa Madam, lantas kenapa kalian ditemukan pingsan bareng2 sejauh 600 meter dari villa Madam?” tanya Madam Ivan lagi.

“Madam jangan bercanda, ah~….” Ujar Phoo yang ngiranya Madam Ivan lagi bercanda di pagi buta.

“Tadi malam mati lampu, kan?” tanya Akanishi pada Madam Ivan.

“Disini nggak mati lampu.” Jawab Madam Ivan yang ngrasa bingung ama anak walinya.

“Ini villa sapa, Madam?” tanya Kamenashi.

“Ini villa Madam.”

“Bohong!!!” sahut mereka kompak.

Madam Ivan semakin bingung dan berpikir kalo anak walinya udah sedikit nggak beres gara2 kebawa suasana drama Laskar Banjir.

Untuk mengusik rasa penasaran akhirnya Madam Ivan membawa mereka ke villa yang dimaksud.

Sampainya di depan villa yang dimaksud.

Semuanya terpana, tercengang, diam seribu bahasa, diam tanpa kata..

“USO!!!” kaget Oguri. Diantara yang lain hanya Oguri-lah yang paling terkejut.

Mereka melihat sebuah villa yang reyot, lusuh, kumuh, dindingnya ditumbuhi oleh lumut, jamuran, kadas, kurip, dan panu. Jauh berbeda dengan villa yang mereka lihat kemaren. Mereka terus ngeliat villa itu tanpa kedip, kecuali Oguri yang terus marah2 dan memaki tak jelas.

“Kalo ini bukan villa punya Madam Ivan, lalu kenapa sopirnya Madam Ivan menurunkan kita disini?” tanya Kamenashi cerdas.

Yang laen ngangguk2 setuju, kecuali Oguri yang masih marah2 nggak jelas.

“Waktu itu tiba2 saja mobilnya berhenti tepat di depan villa ini. Saya turun sebentar untuk memeriksa mesin mobil. Setelah mobil kembali hidup kalian dengan sangat kompak mengucapkan terima kasih, melambaikan tangan dan menyuruh saya pergi. Saya pikir pada saat itu kalian sudah tau dimana villa Madam dan ingin berjalan2 sebentar disekitar sini. Eh, ternyata kalian malah ditemukan pingsan disekitar sini.” Jelas sopir pribadi Madam Ivan angkat suara.

“Madam pernah dengar dari penduduk sekitar sini tentang villa ini. Salah satu anak dari pemilik villa ini mengadakan pesta hallowen dan mengundang teman2nya. Ironisnya, malam saat mereka sedang berpesta terjadilah kebakaran besar dan tidak ada satupun orang yang selamat dalam kejadian tersebut. Malahan ada yang mengatakan kalo kebakaran itu disengaja. Sejak saat itu, villa ini terkenal angker.” Cerita Madam Ivan prihatin.

Akanishi dan Lilin kembali parno.

“Jadi, semalam kita…” ujar Lilin tercekat.

“TIDAAAAKKKKK!!!!!!!” jerit mereka kompak sambil geleng2 kepala inget kejadian semalam.

Oguri masih marah2 nggak jelas.

“Mereka benar2 kompak. Teriak aja bisa kompak gitu!” Madam Ivan mengagumi kekompakan anak walinya, tapi kemudian ia semakin bingung saat ngeliat ekpresi wajah anak walinya yang kacau balau kayak abstrak.

つづく

Tidak ada komentar:

Posting Komentar