Februari 08, 2009

Hima.015 Nande Yanen ?! (part 2)

“aarrggghhh !!!! Aku lapar !!!!” teriak Akanishi memecahkan kesunyian yang tiba-tiba tercipta.

BUAK ! BUAK ! BUAK ! BUAK ! BUAK ! BUAK !

6 tas segera mendarat bergantian di wajah Akanishi.


“kura-kura merah” seru Nite frustasi


“mana ada, yang namanya kura-kura warnanya ijo kan” kata Aan


“dan aku belum makan sejak pagi” sahut Akanishi yang gak di peduliin semua anak. Gak penting sih.


“yang penting sekarang, di mana bisa cari kura-kura ?” kata Kamenashi


“di pet shop aja. Kan skalian bisa nanya ada yang warna merah gak. Kalau gak ada ya yang pink juga gpp, ato ungu, biru, oranye.....” usul Phoo dengan wajah innocent


“diem ! omonganmu tambah bikin pusing tahu” potong Lilin sadis


“di dekat sini kan ada sungai kecil, coba ke sana aja” kali ini Kamenashi yang usul


“ngapain ?” tanya Aan


“cari monyet” jawab Nite sebal “ya, cari kura-kura lah. Gimana sih”


“kok nyari kura-kura di sungai ?” Phoo gantian tanya


“mang mau nyari di mana ? pet shop biar bisa milih warna ?!” kata Nite tambah sebal


“baka” guman Oguri


Alhasil berangkatlah mereka ke sungai sesuai usul Kamenashi. Sesampainya di sana, tampak 4 orang sibuk mondar-mandir, kerja keras nyari tempat persembunyian tuh kura-kura. Kali aja ada yang lagi maen petak umpet ma temen-temennya. Dan di tepi sungai, 7 anak yang lain asyik ngadem dari sengatan panas matahari sambil ngegosip dan makan rujak di bawah teduhnya bayangan pohon beringin.


“bantuin gih sana” kata Lilin nyuruh yang lain buat ngebantu 4 anak yang menyatakan diri mereka ‘seharusnya kami masuk 3-C’.


“sendirinya di sini nyuruh orang” jawab Nite cuek sambil nyomot potongan mangga


“eh, aku kan udah nyerah” protes Lilin gak mau kalah “lagian prinsip-ku gak akan ngelakuin perbuatan yang dah jelas sia-sia. Apalagi kalau gak ada untungnya sama sekali”


“sama” sahut Akanishi sambil rebutan timun ma Phoo


“memangnya di sini ada kura-kura ? setahu-ku sih gak ada” kata Aan


“emang gak ada” sahut Nite cuek “kura-kura nya pasti lagi pengen liburan kalau bisa nyasar ke sini. Cari kura-kura ya di laut, kan idupnya di air asin”


“emang di sini gak asin ?” tanya Aan lagi


“di sini kan air tawar” jawab Nite


“kok tahu ?” Aan masih penasaran


“coba aja minum” sahut Nite sekenanya


“baka” kata Oguri


“ah, aku tahu” seru Akanishi tiba-tiba “Kame, gimana kalau kamu aja di cat merah. Namamu kan kame, kura-kura” usul Akanishi sambil nyengir ke Kamenashi yang dengan segera mendaratkan kepalan tinju ke kepalanya.


“bakanishi” guman Oguri cuek


“jangan dong, ntar Kame jadi gak kelihatan cakepnya” kata Phoo


“iya, mau ngecat Kame ?! langkahi dulu mayat dia” sahut Nite sambil nunjuk Phoo yang masih tebar pesona ke Kamenashi.


“gimana kalau kita beli kura-kura di pet shop aja terus di cat merah” usul Kamenashi saking frustasinya diliatin terus ma Phoo.


“baka bakame” guman Oguri lagi


“gak bisa dong, mau apa di marahin pak Hatake ?” tolak Nite “kalau di cat kan pasti ketahuan. Ntar malah tambah di suruh cari yang aneh-aneh”


“trus gimana dong ?” tanya Aan


Semua langsung diem sibuk berfikir sambil melototin sepotong mangga di piring, satu-satunya yang masih tersisa dari hasil mereka nodong tukang rujak di depan sekolah dengan pasang wajah anak baik-baik yang lagi butuh subsidi, alias minta, alias beli gak bayar, alias ngutang.


“ah, aku tahu” seru Lilin tiba-tiba sehingga konsentrasi mereka yang udah pada pasang kuda-kuda mo rebutan tuh mangga terakhir jadi pada buyar.


“apaan sih, bikin kaget aja” seru Nite


“iya, nih. Padahal tadi target dah kekunci di radar-ku loh” sahut Phoo


“kura-kura merah kan, aku tahu di mana bisa menemukan nya tanpa susah payah”


“di mana ?” tanya Aan penasaran


Lilin cuma senyum-senyum sendiri gak jelas mpe mereka ngira otaknya konslet dan tiba-tiba jadi gila.


“beneran pengen tahu ?”


“apa ? tanya Kamenashi dan Akanishi barengan


“yakin pada pengen tahu ?”


“apa an ?” kali ini Nite dan Phoo yang kompakan


“bener-bener pengen tahu ?”


“kalamaan woi” seru Aan


“yakin bener-bener pengen tahu ?” kata Lilin lagi dengan cengiran tambah lebar sehingga 6 buah jitakan mendarat dengan mulus di kepalanya.


...........................


Di ruang kelas.

Pak Hatake lagi asyik melototin sebuah kertas di depannya dengan serius. Keningnya berkerut tanda bahwa otaknya sedang bekerja keras, nyangkul, mbajak sawah, de-el-el. ‘hmm.....gak nyambung, lima kotak terakhirnya i, apa ya......’ Di saat Pak Hatake sedang berfikir keras untuk mendapatkan jawabannya, tiba-tiba terdengar suara langkah berlarian di koridor yang semakin lama semakin keras, sampai akhirnya


BRAAKKK !!!!!


Pintu ruang kelas terbuka dan 7 orang berlarian masuk.


“ada apa ? kenapa lari-lari ?” tanya Pak Hatake meletakkan tts yang baru diisi satu kolom.


“sudah ketemu pak” kata Nite


“apanya ?”


“kura-kura merah” jawab Phoo


“hah ? apa tuh ?” kata Pak Hatake semakin binggung, setahunya yang namanya kura-kura ya warnanya ijo


“loh, bapak kan nyuruh kita nyari kura-kura merah buat ujian” kata Aan


“oh, iya ya ? wah, kalian kelamaan sih, jadi lupa. Lalu mana ? ketemu ?” Pak Hatake bersikap se-cool mungkin biar mirip kepala sekolah mereka sehingga gak ada yang tahu kalau sebenernya dia asal aja ngasih soal ujian.


Bersamaan ketujuh anak itu mengangguk kompak.


“trus mana ?”


Pak Hatake penasaran dengan jawaban soal ujiannya sendiri. Ya jelaslah, dia kan ngasih soal asal-asalan, mana mungkin beneran ada kura-kura warna merah. Dan kebingungannya semakin bertambah saat melihat Akanishi dan Kamenashi maju ke depan sementara 5 anak yang lain berbaris rapi di belakangnya sambil nyengir senang.


“nande yanen ???” guman Pak hatake dengan kening semakin berkerut, heran. Dia tanya kura-kura-nya mana kenapa malah 2 orang ini maju, lagian mereka gak bawa apa-apa tuh di tangannya.


“bapak minta kura-kura merah kan, ya mereka berdua ini” kata Oguri sambil nunjuk Akanishi dan Kamenashi yang ikutan nyengir. Dah pada mirip kuda semua jadinya.


“maksudnya ?”


“kura-kura merah = akame = aka kame = aka + kame = akanishi + kamenashi” kata Lilin senang, berasa detektif lagi menjelaskan pemecahan teka-teki kasus pembunuhan yang rumit.


Hening, by samsons.


Bukan, maksudnya, selama beberapa saat Pak Hatake hanya diam saja sebelum akhirnya mengakui kekalahan dan memuji kecerdasan mereka yang hoby nyari jalan mudah daripada harus berusaha susah payah.


“baiklah, kalian dapat A untuk MID kali ini. Bagus. Tidak sia-sia kalian belajar bahasa Jepang. Sekarang kalian boleh pulang”


“terima kasih Pak”


Segera mereka ber-7 berbalik hendak keluar, tapi belum sempat mereka mencapai pintu, tiba-tiba Pak Hatake kembali memanggil.....


“loh, kelas kalian itu 11 orang kan ? mana yang 4 orang lagi ???”


Begitu mendengar pertanyaan Pak Hatake, mereka hanya bisa saling pandang sebelum akhirnya berteriak bersamaan....


“AAHHH.........!!!!!”


Sementara itu,

Nun jauh di sana, di tepi sungai, tampak 4 orang anak masih sibuk menelusuri tiap inci untuk mencari seekor kura-kura dengan semangat. Di kejauhan matahari mulai tenggelam, dan seekor burung gagak melintas sambil memperdengarkan suara merdunya.


Kaak~ kaak~ kaak~


***

(PS : bagi yang binggung, kura-kura tuh bahasa jepangnya kame, trus merah tuh aka, dan kebetulan tulisan huruf kanji ‘kame’ dan ‘aka’ dari nama ‘kamenashi’ dan ‘akanishi’ adalah huruf kanji yang artinya kura-kura dan merah. Jadi fic ini cuma semacam permainan kata. Harap maklum). XP *kabur sebelum di bantai*






Tidak ada komentar:

Posting Komentar