WEEKEND SERU!!
Omset kedai makin hari makin mengalami penurunan drastis. Kalo gini terus lama-lama kedai bisa bangkrut.
Tiba-tiba kedai terdengar bunyi sirene tanda bahaya kebakaran. Ngebuat seluruh karyawan panik dan berjejalan ngumpul di depan mini bar.
Aan mengamankan semua peralatan dapur…
Akanishi mengamankan semua lolipopnya…
Nite mengamankan kacamata bulan separonya…
Phoo mengamankan semua puding dalam kulkas…
Lilin mengamankan dirinya sendiri…
Jun Pyo mengamankan…? Karna masih baru jadi bingung mo mengamankan apa?
“Ada apa bos?” tanya Kamenashi panik.
“Apa ada masalah bos?” tanya Oguri panik.
“Apa yang terjadi bos?” tanya Jun Pyo.
“Kalian yang ada apa?”
“Mana kebakarannya bos?” tanya Aan.
“Siapa yang bilang ada kebakaran?”
“Lha tadi bunyi alarm!” kompak semua karyawan.
“Hmm~”
Yang lain harap-harap cemas nungguin bos Olga buka suara.
“Besok kedai tutup!”
“APA??!”
“Kita di PHK!” pekik Phoo.
“Kita di pecat!” pekik Akanishi.
“Aduh, aku harus bilang apa sama ayah-ibuku… sama adik-kakakku… sama pacarku…” pekik Aan.
“Aku nggak rela dikeluarkan!” jerit Lilin.
“Susah payah aku ikut audisi ini ampe puasa nonton sinetron segala!” Nite nggak terima.
“Kira-kira kita dapat pesangon nggak, ya?” harap Phoo.
“Heh, heh! Yang bilang mau di PHK siapa?”
“Tadi bos bilang besok kedai tutup,” kata Kamenashi.
“Iya, bos emang bilang besok kedai tutup…”
“Tuh, kan benar!” kata Akanishi.
“Huwaaaaaaa….” Tangis kesedihan dari Nite, Phoo, dan Aan.
“Kedai tutup bukan berarti kalian di PHK ato di pecat!”
“Maksudnya…??!” tanya Oguri.
“Besok selama dua hari temani bos Olga mengikuti acara penting. Jadi asisten bos Olga gitu… hahaha…”
“Berarti kita nggak jadi di PHK?” tanya Phoo.
“Hmph.”
“Berarti kita nggak jadi dipecat?” tanya Akanishi.
“Hmph.”
“Berarti kita masih kerja disini?” tanya Oguri.
“Hmph. Dan, besok kumpul di kedai jam tujuh teng! Awas jangan sampe ada yang terlambat!!”
“Baik!!”
***
Besok pagi…
“Udah pada ngumpul semua?” absen bos Olga sambil ngitung.
“Kurang Aka dan Phoo, bos!”
“Kemana lagi tuh dua makhluk?”
Tepatnya jam tujuh kurang satu menit, Akanishi dan Phoo datang bersamaan.
“Heh, ini udah jam berapa?”
“Kan, janjinya ngumpulnya jam tujuh teng! Ini baru jam tujuh kurang satu menit,” polos Phoo.
“Kok kalian bisa barengan lagi?” tanya Lilin.
“Kita ketemu di warung bubur,” sahut Phoo.
Sayangnya, Jun Pyo nggak bisa ikut karna mendadak kepalanya sakit. Mungkin akibat kepentok pas kecelakaan itu. Trus lom lagi ditambah ama kepentok pintu dan kaki meja. Aduh, Jun Pyo… nasibmu malang nian…
Mini bis yang mereka tumpangi tiba di sebuah villa megah dan mewah di tepi pantai *bayangin aja rumah gedongnya Jun Pyo di BBF*.
“Kok perasaanku nggak enak, ya?” kata Nite.
“He-eh…” sahut Phoo.
“Apa kita pulang aja, ya?’ bisik Akanishi diantara Nite dan Phoo.
“He-eh, perasaanku makin nggak enak,” ujar Nite.
Seorang anak muda cute keluar dari dalam villa menyambut kedatangan bos Olga dan rombongan.
“Perkenalkan saya Teppei Koike. Saya putra pemilik villa ini,” ujar Teppei ngenalin diri.
“Saya Olga Syahputangan. Dan, ini para asisten saya.”
“Sebanyak ini?”
“Iya. Ini asisten bodyguard saya,” tunjuk bos Olga ke Kamenashi dan Oguri.
“Ekh?” kompak Kamenashi dan Oguri kaget.
“Ini asisten masak saya,” tunjuk bos Olga ke Aan.
“Ekh? Jangan karna masakanku paling enak di kedai, trus seenaknya aja ngejadiin aku asisten masak,” sahut Aan PD di belakang bos Olga. Habisnya karyawan kedai yang lain, kan nggak ada yang bisa masak. Lilin masak air aja bisa gosong gitu… *geleng-geleng kepala.*
“Ini asisten dayang-dayang saya,” tunjuk bos Olga ke Nite dan Phoo.
“Ekh?” kompak Nite dan Phoo kaget+nggak terima, malahan kedua matanya mereka hampir lepas dari engselnya.
“Ini asisten saya kala mati lampu,” tunjuk bos Olga ke Lilin.
“Ekh? Emang aku lilin?” protes Lilin nggak terima.
“Lha kamu Lilin apa bukan?” tanya Phoo.
“Aku ya Lilin,” sahut Lilin.
“Nah, berarti benar kalo kamu lilin yang dipake kalo mati lampu,” sahut Nite.
Lilin manggut-manggut setuju *duh, nih sebenarnya siapa sih yang lemot?*
“Dan, yang terakhir ini adalah asisten kuli saya,” tunjuk bos olga ke Akanishi.
“Ekh? Emang aku ada tampang kuli, ya?” Akanishi protes nggak terima.
Selesai memperkenalkan para asistennya, mereka semua dibawa ke kamar masing-masing.
Malam jam 19.30…
Selesai makan malam…
“Emang ngapain sih bos Olga ngajak kita ke villa ini segala?” tanya Aan yang belom nemuin alasan yang tepat kenapa mereka bisa diajak ke villa.
“Besok putra bungsu pemilik villa ini berulang tahun yang ke-3. Nah, bos Olga diminta jadi MC-nya, trus Kame dan Aka diminta buat nyanyi,” jelas Oguri.
“Oh, begitu…” kompak Aan, Lilin, Nite, dan Phoo.
“Trus, kita ngapain juga diajak?” tanya Aan yang masih belom nemuin alasan yang tepat.
“Wakannai…”
“Ya, ampun! Udah jam segini. Aku harus nonton Mr.X. Sinetronnya lagi seru nih…” Nite kembali ke kamar. Disusul ama Phoo, Aan, Lilin. Oguri juga kembali ke kamar.
Pas di koridor lantai dua. Mereka berpapasan ama dua laki-laki nyeremin sambil ngegendong anak kecil. Tapi, tuh anak kecilnya berontak terus minta dilepasin dari gendongan.
“PUTRA BUNGSU DICULIK!!!” teriak salah satu pelayan.
Nite, Phoo, Lilin, dan Aan hanya saling mamerin senyum termanis semuanya ke laki-laki itu.
“Turunkan anak itu!” perintah Oguri yang ‘ngeh’ kalo yang ada di depannya itu penculik.
Dua penculik itu lari sambil tetap ngegendong anak kecil itu. Oguri ngejar tuh penculik. Nite, Phoo, Lilin, dan Aan juga ikut ngejar penculik. Mesikpun Phoo mikirnya kalo mereka sedang main kejar-kejaran.
“Ada apa?” tanya Kamenashi yang baru keluar dari ruang rapat. Di belakangnya berdiri Akanishi dan bos Olga.
“Ada penculikan!” teriak Oguri.
Mereka semua ngejar penculik dengan penuh semangat. Dua penculik nggak akan bisa keluar dengan selamat kalo berhadapan dengan tujuh personil Hima Kurabu+bos Olga. Namun, mereka tiba-tiba balik badan serentak dan lari lebih cepat dari tadi. Abisnya di belakang mereka segerombolan bajak laut ngejar mereka.
Gawat!
Mereka terpisah! Terbagi jadi dua tim. Tim A yang terdiri dari Kamenashi, Akanishi, Nite, dan Lilin berbelok ke koridor kiri, sedang tim B yang terdiri dari Oguri, Phoo, Aan, dan bos Olga berbelok ke koridor kanan. Rombongan bajak laut itu pun juga terbagi jadi dua tim. Tim A akan dibimbing ama Kapten Hook. Nah, kalo tim B akan dibimbing ama Kapten Jack Sparow.
Tim A…
“Argh! Kita terpisah ama Phoo, Aan, Oguri, dan bos Olga…” teriak Akanishi masih lari.
“Gimana nih?” takut Lilin.
“Mereka pasti baik-baik aja,” Kamenashi nenangin teman-temannya.
“Argh! Aku capek…” teriak Nite, “STOP!!” perintah Nite ke arah rombongan bajak laut yang dipimpin oleh Kapten Hook.
“Ada apa?” tanya Kapten Hook bingung, garuk-garuk kepala pake tangan besinya.
“Aku capek. Istirahat bentar, ya? Ntar kalo capekku udah hilang, kejar-kejarannya kita lanjutin lagi,” usul Nite.
“Benar juga! Lagian aku juga udah capek. Anak buahku juga capek,” Kapten Hook menatap nanar anak buahnya yang kecapean.
“Kalian datang darimana?’ tanya Kamenashi penasaran.
“Kita datang dari kutub Utara,” jawab kapten Hook sambil minum anggur merah, “Mau?” nawarin ke Kamenashi.
“Oh, boleh…”
Kapten Hook ngasih gelas bening berkaki dan botol anggur merah ke Kamenashi.
“Terima kasih,” ucap Kamenashi, “Mezamero bachas…” sambil ngegoyang gelasnya pelan.
Nite ngebisikkin sesuatu ke telinga Akanishi dan Lilin.
“Idih, Nite geli tau…” pukul Akanishi pelan yang ngerasa kegelian dibisikin sesuatu ama Nite. Trus, Akanishi nransfer yang dibisikki Nite ke Kamenashi.
Nite, Lilin, Akanishi, dan Kamenashi berjalan mengendap-ngendap agar nggak ketauan ama kapten Hook.
“Mau kemana kalian? Mau kabur?” teriak kapten Hook yang udah ngerasa dibohongin.
Tanpa basa-basi lagi, Nite, Lilin, Akanishi, dan Kamenashi udah lari dengan gaya langkah kaki lima ribu.
PET!
Mati lampu
AAAAARRRRRGGGGHH!!!!
Teriakan heboh dari tim A…
“Kame! Kamu dimana?” teriak Nite sambil meraba-raba dalam gelap.
“Auw! Sakit! Siapa nih yang nginjak kakiku?” teriak Lilin.
“Aduh! Kalo jalan hati-hati dunk!!” teriak Akanishi yang jatuh ditabrak entah ama siapa?
“Maaf… nggak sengaja…” sesal Kamenashi yang udah nginjak kaki entah kaki siapa?
Lampu nyala!
Ashekkkkkk!!!
Nite salah meluk! Yang dikiranya Kamenashi tadi ternyata adalah kapten Hook.
“ARGH!!” tampar Nite ke kapten Hook.
Kapten Hook sih seneng-seneng aja dipeluk ama Nite. Malahan rencananya Nite mau diajak ke kutub Utara buat ketemu ama penguin.
Akanishi nangkring di atas meja persis kayak orang kebanjiran.
Lilin duduk di bawah sambil mijitin jempol kakinya yang bengkak kayak telor itik.
Kamenashi dipeluk ama monyet.
Si monyet berlari cepat menuju ke Nite dan ngambil kacamata bulan separo punya Nite.
“Woi! Kembalikan kacamataku!!!” teriak Nite sambil ngacungin sepatunya. Ngelempar ke monyet. Oopst! Salah sasaran. Tuh sepatu nyasar ke kepala Lilin. Yach, amnesia, deh!
Kamenashi dan Akanishi terlibat baku hantam ama kapten Hook. Ngelihat Akanishi di dorong ama kapten Hook, Lilin langsung naik pitam.
“Nakal… nakal…” pukul-pukul Lilin ke kapten Hook dengan gaya lemah gemulai.
Kamenashi dan Akanishi duduk manis ngelihatin Lilin mukul kapten Hook. Mereka berdua saling bersulang minum anggur merah.
“Woi!! Dasar monyet!! Balikin kacamataku!!” teriak Nite sambil ngelempar satu sepatunya. Oopst! Meleset. Tuh sepatu hinggap di kepala Kamenashi.
“Lho, kok kame udah mabuk, sih? Padahal baru minum satu gelas,” bingung Akanishi.
“Argh!! Kame, are you okey?” tanya Nite panik.
Si monyet diam-diam ngambil sepatu milik Nite yang tergeletak di samping Kamenashi. Trus, tuh sepatu dipukulin ke kepala Nite dan Akanishi. Pingsan, deh!!
Lilin yang ngelihat Akanishi pingsan ngejar tuh monyet.
BRUK!!
Kaki Lilin kesandung sepatu Nite yang satunya. Nah, ikutan pingsan juga, kan *sukanya ngikut-ngikut, sih.*
Sementara itu tim B…
“ARGH! Kepisah ama Kame!!” tangis Phoo.
“Mereka nggak apa-apa,” Aan nenangin sobatnya tersayang.
“Aduh, siapa sih mereka?” tanya bos Olga masih terus berlari.
“Apa mereka semua rombongan penculik itu?” tanya Oguri.
Jalan buntu!
“ARGH! Jalan buntu!!” tangis Phoo makin kencang.
“Pasti ada jalan rahasia,” Aan ngetuk-ngetukin buku-buku jarinya ke dinding.
Bos Olga panik, mondar-mandir nggak jelas. Kepalanya udah berapa kali kepentok dinding.
“Kalian udah nggak bisa lari kemana-mana lagi,” kata kapten Jack Sparow lemah gemulai.
“Om kapten sakit, ya?” tanya Aan yang ngelihat kapten Jack Sparow jalan sempoyongan.
“Sakit? Kapten Jack Sparow nggak pernah sakit,” kata kapten Jack Sparow tertawa bangga.
“Trus kalo nggak sakit, kenapa jalannya nggliyengan gitu?”
“Pasti om kapten mabuk?” tebak Phoo, ngapus ingusnya.
“Nakal, ya! Berani-beraninya mabuk… Siapa sih orang tuamu? Biar aku telpon ibumu!” tegas bos Olga mencet-mencet HP-nya.
“Jangan! Aku udah tiga kali lebaran nggak pulang kampung,” sedih kapten Jack Sparow.
“Kenapa?” kompak Phoo, Aan, dan bos Olga pengen tau. Hanya Oguri aja yang berkutat nyari ide ‘gimana caranya biar bisa lolos dari kejaran kapten Jack Sparow?’.
Kapten Jack Sparow nyeritain kisah hidupnya yang sedih dari awal ampe akhir. Ternyata kapten jack Sparow hidup dalam kemiskinan. Suatu hari seorang perompak kaya nan baik hati datang ke kampungnya. Awalnya kapten Jack Sparow nggak diijinkan ikut dalam rombongan tersebut ama mak’e. Setelah ngeyakinin mak’e selama tujuh hari tujuh malam dan pas di malam jumat kliwon itulah kapten Jack Sparow diijinkan ama mak’e.
Kapten Jack Sparow berlinangan airmata…
Phoo ngasih pinjam saputangannya ama kapten Jack Sparow…
Aan ngelus-ngelus punggung kapten Jack Sparow…
Bos Olga nangis sedih banget…
Oguri ngebisikkin sesuatu ke telinga Aan…
Diam-diam… mengendap-ngendap kayak maling… Oguri bergeser sedikit demi sedikit. Aan menarik tangan Phoo. Phoo menarik tangan bos Olga. Bos Olga menarik tangan kapten jack Sparow.
“Mau kemana kalian?” tawa nakal dari kapten Jack Sparow.
“Hehehe…” nyengir bos Olga. Mo ngacir kabur udah nggak bisa! Semuanya terkepung ama anak buah kapten Jack Sparow.
Oguri terlibat baku hantam ama kapten Jack Sparow…
Aan nyebar garam dengan ngebentuk sebuah lingkaran…
Phoo mukul-mukul kepala anak buah kapten Jack Sparow ama sandal…
Bos Olga bantu doa di pojokan…
“Phoo, AWAS!!” teriak Aan.
Plak!
Anak buah kapten Jack Sparow mo mukul Phoo, tapi Phoo jauh lebih sigap dengan mukul pake sandal kayak mukul nyamuk nakal.
Bos Olga masih komat-kamit baca doa di pojokan. Nggak nyadar tuh kalo ada seekor monyet udah duduk manis nemenin bos Olga sambil bawa sepatu.
“ARGH! MONYET!!” teriak bos Olga yang alergi berat ama bulu monyet.
Tuh monyet tersenyum manis ke arah bos Olga, dan plak! Sepatu yang ada di tangan si monyet dipukulin ke kepala bos Olga. Pingsan!
Si monyet ngelempar sepatu yang ada di tangannya mengarah ke Phoo. Untung Phoo cepat menghindar dengan nundukkin badannya. Dan, tuh sepatu mendarat dengan mulus di atas kepala Aan. Pingsan!
“Aan!!!” pekik Phoo ngerasa bersalah. Ngegoyang-goyangin tubuh Aan.
Ada yang noel-noel pundak Phoo. Phoo noleh ke belakang dan si monyet sedang tersenyum dengan muwanisnya di depannya. Memamerkan gigi putihnya yang bikin silau mata. Sedetik kemudian, Phoo nyusul Aan pingsan. Abisnya si monyet juga mukul kepala Phoo pake tuh sepatu. *pertanyaannya sekarang! Tuh sepatu punyanya siapa, sih? bikin sial aja!!*
Di tim B tinggal Oguri aja yang berjuang sendirian.
Tiba-tiba Teppei Koike datang dengan ngebawa pasukan bodyguard-nya yang berjumlah 13 orang yang diberi nama pasukan Super Junior.
“Tangkap kapten Jack Sparow dan anak buahnya!!” perintah Teppei Koike.
Para Super Junior membawa paksa kapten Jack Sparow dan anak buahnya dan dikurung di penjara Azkaban sebelum sidang digelar.
***
Keesokan harinya di villa…
Phoo dan Aan ngusap-ngusap kepalanya yang nyut-nyut gara-gara dipukul si monyet…
Bos Olga bikin sayembara berhadiah ‘siapa yang bisa menemukan si monyet bisa makan puding gratis seumur hidup di kedai…’
Oguri ngelihatin Phoo dan Aan yang duduk di atas tempat tidur dalam kondisi lemah…
“Mana yang lain?” tanya Aan ke Oguri.
“Ada di kamar sebelah,” sahut Oguri ngasihin coklat panas ke teman-temannya.
“Anak kecil itu gimana? Penculiknya udah ketangkap?” tanya Aan, masih ngusap-ngusap kepalanya.
“Anak kecil itu selamat.”
“Kenapa anak kecil itu mau diculik?” tanya Phoo, meneguk coklat panasnya.
“Kakek si anak kecil itu seorang profesor yang punya serbuk keabadian yang sedang dicari oleh para bajak laut. Makanya para bajak laut itu menculik anak kecil itu sebagai barter dengan serbuk keabadian,” jelas Oguri yang diceritain langsung ama Teppei Koike si kakak anak kecil yang mau diculik itu.
“Aku kapok liburan ke villa!!” ogah Phoo sambil geleng-geleng kepala.
つづく
Agustus 13, 2009
Hima2.005 Weekend Seru!!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar