Segerombolan anak 3D berjalan menyusuri koridor sambil bergosip ria.
“Aduh, aku males pelajaran Pak Hatake, deh! Ntar kita disuruh nyari yang macem2 lagi, besok2 pasti kita bakal disuruh nyari kura2 ijo yang di atas kepalanya ada nampannya!” protes Phoo.
“Kalian semua harus berterima kasih padaku, karena aku tlah berhasil memecahkan kasus kura2 merah.” Bangga Lilin sambil nepuk2 dadanya.
“Iya, trus kita dibiarkan seharian di sungai. Tega!!!” protes Nia dengan gayanya yang centil *menyibakkan rambutnya yang penuh kutu*
“Balik2 ke asrama kakiku pada bentol2 merah semua.” Protes Ratna dengan nada super lembut.
“Untung aku dapat doit 1000 ngapung2 di atas air, meskipun tercemar dengan warna kuning2.” Girang Dini seneng banget.
“Aku malah dapat ikan piranha. Tuh aku pelihara di bak mandi!” ujar Siti yang nggak kalah girangnya.
Protes mereka berempat pada yang lain karena ngrasa nggak dianggep.. dicuekin.. dibiarkan..
“Kame.. ntar pulang sekolah daftar kejuaran panjat pinang yuk?” ajak Akanishi, trus ngeluarin permen lollipop.
Lilin yang ngeliat permen lollipop Akanishi langsung mupeng. Dengan segenap jiwa dan raga Lilin berusaha merebut lollipop di tangan Akanishi. Mereka berdua pun terlibat baku hantam yang sangat sengit. Tanpa mereka sadari kalo mereka udah berada diujung tangga. Mereka pun masih bertarung dengan sangat sengit ngerebutin lollipop, hingga…
Glundung… glundung…
Gedebuk… gedebuk…
Klontang… klontang…
Pyar… pyar…
BRUK!!!!
Lilin jatoh dari tangga lantai 2 ke bawah. Kepalanya terbentur lantai dan pipinya mencium mesra lantai.
“LILIN!!!” teriak teman2 kaget ngeliat Lilin.
“Lilin…” lirih Akanishi syok banget.
***
UKS…
Perlahan2 Lilin ngebuka matanya.
Sayup2 ia ngedengar suara berisik… nyempreng… cekikikan…
“Lin…” panggil Aan.
Teman2 yang lain harap2 cemas.
Lilin ngebuka matanya pelan tapi pasti.
“Hore…!!!! Lilin sadar!!!” teriak mereka semua saling berpelukan+tertawa girang.
Lilin bengong. Matanya menatap satu-persatu makhluk yang ada di depannya.
“Kalian siapa?” tanya Lilin memecah keramaian.
“Jangan bercanda ah~” Nite ngedorong lengan Lilin dengan cukup bertenaga.
“Aduh, kamu kok kasar banget sih?” ujar Lilin sambil ngelus2 lengannya, jijik.
Yang lain terdiam… lalu tertawa bareng2… hahaha…
“Nggak lucu tau!!” sekarang giliran Aan yang ngedorong keras lengan Lilin.
“Hei, kalian ini siapa? Jangan ngedorong aku seperti itu! Itu nggak sopan tau!!!” marah Lilin, tapi kali ini nada marahnya bukan nada marah Lilin yang super ketus, melainkan nada marah cewek feminim yang lembut.
“Sejak kapan nada bicaramu kayak Ratna?” tanya Phoo heran.
“Lin, kamu baik2 aja kan?” tanya Siti cemas.
Sedari tadi Akanishi sembunyi dibalik punggung Oguri, takut kalo2 Lilin marah+dendam+ngamuk2 padanya.
“Ayo, minta maaf sana!” suruh Kamenashi dengan logat ngapaknya, sambil narik seragam Akanishi.
“Ma.. ma.. ma-af.. aku minta maaf…” sesal Akanishi. Ia siap dijitak atopun dipukul abis2an ama Lilin.
Namun Lilin sama skali nggak ada reaksi. Datar! Diam tanpa ekspresi. Ia terus memandangi Akanishi tanpa kedip.
Lilin, [Kenapa jantungku berdegup kencang ya?”]
“Dr.Nicho!!!” koor Nite, Phoo, dan Nia.
Dr,Nicho memeriksa keadaan Lilin dari denyut nadi, mata, idung, mulut, telinga, ampe tangan dan kaki juga.
“Akibat terjatuh tadi, saat ini Lilin mengalami amnesia.” Ujar Dr.Nicho.
“Oh.. walah.. amnesia toh?” koor mereka kompak kayak paduan suara, kecuali Kamenashi dan Oguri.
“Amnesia penyakit apaan ik?” sejenis panu ya?” tanya Phoo polos.
“Bukan! Temannya Donna Agnesia itu lho!” sahut Aan.
“Oh, yang suaminya Darius Sinatrya itu ya?” sahut Nite ketawa-ketiwi.
“Lho bukannya amnesia itu penyakit kurang tidur?” tanya Nia.
“Baka!!” potong Oguri bertindak sebagai wasit.
“Amnesia itu hilang ingatan. Akibat terbentur tadi ingatan Lilin menjadi hilang.” Jelas Kamenashi begitu cerdas.
Mereka manggut2 yang sebenarnya sih belom ngerti.
***
Di ruang santai cewek..
“Laper!” teriak Nite berhenti main ular tangga.
“Aku juga!” teriak Phoo ikutan berhenti main ular tangga.
“Atashi mo!” teriak Ratna lembut.
“Cari makan yuk..!” ajak Aan.
“Siti.. Dini.. mau ikut ke bawah nggak cari makan?” ajak Nite.
“Sebentar lagi Nikmah mau datang kesini, jadi aku disini aja.” Ujar Siti sambil ngebenerin letak jilbabnya.
“Aku mau ke kamarnya Mami dan Lita, mau bikin makalah.” Ujar Dini yang ditunjuk ama Pak Asep untuk ikut karya tulis.
“Eh, Lilin? Mana Lilin??!” tanya Phoo celingukan nyari Lilin.
Lilin keluar dari dalam kamar. Semua teman2nya terperangah kaget+syok banget ngeliat penampilan Lilin yang lain dari biasanya *biasanya kan tomboy+cuek bebek*. Rambutnya dikeriting gantung, diberi jepit kupu2, bajunya ngepink berenda2 punya, rok selutut, dan sepatu pantofel super manis. Teman2nya bukannya senang ngeliat penampilan baru Lilin, tapi malah bergidik ngeri dan ngacir duluan ke ruang makan.
***
Nite, Phoo, Aan, Nia, dan Ratna duluan sampe ke ruang makan. Duduk satu meja ama Kamenashi, Akanishi, dan Oguri.
“Kalian habis dikejar setan, ya?” tawa Akanishi, tangannya ngambil pete goreng di atas piring Kamenashi.
“Lebih dari sekedar sekedar setan!” Aan masih bergidik ngeri.
Akanishi menarik kursinya dan merapat ke Kamenashi *sok2an berani bilang setan sih!*
“Uhuk.. uhuk..” tiba2 Oguri tersedak tulang ikan dengan sangat hebatnya. Tak sanggup berkata2 lagi, akhirnya ia hanya bisa nunjuk2 ke arah pintu masuk.
Semuanya noleh ke arah yang ditunjuk Oguri. Sekarang giliran Kamenashi dan Akanishi yang tersedak. Kamenashi tersedak jengkol, sedangkan Akanishi tersedak pete.
“LILIN???!!” koor Kamenashi, Akanishi, dan Oguri hampir melotot tak percaya dengan apa yang tlah dilihat.
Lilin menghampiri meja mereka dengan senyum manis, duduk manis, dan mengangkat tangan memanggil pelayan. Gayanya bak seorang putri bangsawan yang elegan.
“Lin, kenapa berdandan seperti itu?” tanya Kamenashi masih syok.
“Cewekkan harus berdandan cantik seperti ini.” Sahut Lilin tersenyum simpul. “Akanishi, aku cantik nggak dengan bajuku?” tanya Lilin genit seperti Phoo dan Nite saat dihadapan Kamenashi.
“Ca.. can.. can.. tik..” ujar Akanishi terbata2+bergidik ngeri.
Pesanan Lilin udah datang, dan yang lebih syok lagi kali ini Lilin memesan salad sayur dan jus wortel. Padahalkan Lilin paling anti makan sayur-mayur. Mereka benar2 dibuat tercengang oleh tingkah Lilin.
“Lin, sejak kapan suka sayur?” tanya Nite. Mupeng berat saat ngeliat salad sayur Lilin.
“Kalian ini gimana sih? Sayurkan banyak mengandung serat yang baik untuk tubuh.” Ujar Lilin. Cara makannya penuh tata krama dan elegan.
“Lin, besok minggu jadi donlod, kan?” tanya Phoo, menjejalkan penuh nasi goreng ke dalam mulutnya.
“Donlod? Aku nggak mau!! Itu sama aja dengan membajak dan itu berarti sama aja kita ngelanggar hukum! Aku mau ke perpus aja..” sahut Lilin.
Teman2nya tambah syok, karena donlod kan hobby utama dan yang paling utama Lilin dalam daftar agenda sehari2nya.
“Eh, weeken ini ngemall yuk…” ajak Nia sambil muter2in spagettinya.
“Aku ikut donk! Habis itu kita ke salon ya?” ajak Lilin paling semangat.
“Ngapain ke salon?” tanya Akanishi heran banget.
“Ya, untuk mempercantik dirilah.. aku kan mau tampil cantik di depan orang yang aku sukai..” ujar Lilin sambil memandang Akanishi.
“Lin…” panggil Kamenashi bingung.
“Hehehe…” tawa Lilin sopan banget ngalah2in tawa Ratna yang super lembut *biasanya sih ngakak*.
“Lagian.. aku juga udah lama nggak luluran.. rambutku juga perlu di hair spa biar lembut.. ya, ampun kuku tanganku! Perlu di nail art deh biar cantik…”
“LILIN!!!!!” teriak mereka kompak.
***
Besoknya..
Lilin berlari ke arah Akanishi yang berada di bibir lapangan sepakbola.
“Akanishi, weeken ini ada acara nggak?” tanya Lilin.
Oguri dan Kamenashi saling pandang, tapi tak banyak komentar.
“Nggak ada! Emangnya kenapa?” tanya Akanishi, ngebuka botol mineral.
“Aku…”
BRUK!!!sebuah bola menghantam mulus ke kepala Lilin, trus pingsan deh!
“Maaf.. bolanya ketendang terlalu jauh.” Sesal David Beckham nyengir.
Akanishi, Kamenashi, dan Oguri sesaat melupakan Lilin yang sedang pingsan karena mereka lebih memilih poto2 dan minta tanda tangan David Beckham.
***
Ruang UKS..
Pasukan 3D udah ngumpul, khawatir gimana dengan keadaan Lilin.
Perlahan2 Lilin ngebuka mata. Ia ngeliat teman2nya bergerumul mengelilingi dirinya.
“Mana Akanishi?” tanya Lilin dengan nada lemah.
Akanishi dengan santai dan tanpa beban maju ke depan sambil menghisap permen lollipop.
PLETOK!!!
“Auw.. ada apa? Tanya Akanishi ngusap2 kepalanya.
PLETOK! PLETOK!! PLETOK!!!
3jitakan keras kembali mendarat di kepala Akanishi.
“Gara2 kamu!!! Aku jatoh tau!!!! Sekarang kepalaku sakit tau!!! Ntar kalo aku gegar otak gimana, hah???!! Lilin mencekik leher Akanishi dengan emosi tingkat tinggi.
Satu-persatu teman2nya meninggalkan ruang UKS sambil berkata lirih.
“Akhirnya Lilin kembali normal juga.” Ujar Siti.
“Aku sempet ngeri ama tingkah Lilin kemaren. Iiih…” Ratna bergidik ngeri.
“Untung yang kecentilan nggak nambah 1 orang lagi!” lega Aan.
“Kalo yang kecentilan nambah 1 lagi, wah.. 3D bakal tambah kacau.” Ogah Dini yang nggak pernah mengaku 3D sebagai kelasnya.
“Jadi besok nggak jadi ke salon, donk! Bete.. bete.. ah.. bete.. bete.. donk!!” keluh Nia.
“Iya, padahal aku seneng banget kalo Lilin berdandan feminim kayak gitu.” Keluh Nite nggak terima Lilin kembali ke habitatnya yang dulu.
“Syukurlah.. Lilin udah balik normal lagi.” Lega Kamenashi sambil menggandeng lengan Oguri.
“Un, yokatta yo…” lega Oguri juga, yang nggak ngrasa keberatan lengannya digandeng Kamenashi.
“Lho, emang selama ini Lilin nggak normal ya??!” tanya Phoo pada dirinya sendiri.
“TOLONG!! Hei, Kame… Oguri… Tolong!!! Nite… Phoo… Aan… WOIIII!!!! Tolongin donk!!! Nia… Ratna… Siti… Dini…” teriak Akanishi minta tolong.
Lilin nggak melepaskan cengkeraman tangannya di kerah baju Akanishi. Malahan Lilin semakin brutal dan liar.
Ngeliat keadaan yang semakin brutal dan liar tak terkendali untuk sementara waktu Dr.Nicho ngungsi mencari tempat yang aman.
つづく
Tolong Jangan Diklik...